Cinta Itu…
Jika mencintai seseorang akan menyakitkan seperti ini, aku lebih memilih
untuk tidak mencintai siapapun. Ketika aku mencintai namun aku tidak
mendapatkan apa yang aku cintai, aku harus merelakan apa yang yang aku cintai
untuk dimiliki oleh orang lain. Aku melakukannya tiada lain untuk
kebahagiaannya. Walaupun harus mengorbankan kebahagianku sendiri.
oOo
“Happy anniversary 2 tahun
sayaaaang!” teriak Mika di telingaku.
“Woy ! Bisa tuli aku kamu buat sayang!”
balasku dengan ketus.
Ya. Itulah aku dengannya, pacaran
tapi layaknya kakak adik yang saling mengganggu. Namaku Sarah Liliana.
Akrab dipanggil Sarah. Hubunganku dengannya sudah 2 tahun lamanya. Melewati
waktu bersama, saling mengenal, merajut cinta yang indah.
Ucapan anniversary 2 tahun itu
tinggal kenangan, ga akan ada lagi anniversary berikutnya. Ya, hari itu sudah
beberapa bulan yang lalu. Dan 1 bulan semenjak hari itu juga aku tidak pernah
berjumpa lagi dengannya. Tidak ingin. Aku tidak ingin melihatnya lagi. Aku
membencinya, oh tidak! Aku sungguh mencintainya. Sangat! Jika diukur dengan
apapun itu, cintaku tiada taranya.
oOo
Pagi itu...
Aku datang dengan
ceria ke tempat kita sering bertemu. Di jembatan dekat rumahku lah kita sering
bertemu. Jembatan itu kita beri nama sendiri ‘jembatan cinta’. Aku menunggu
kedatangan pangeranku, setengah dari jiwaku. Satu jam berlalu. Dia tak kunjung
datang. Tidak biasanya dia terlambat. Entah kenapa perasaanku mengatakan
terjadi sesuatu. Aku pulang dalam keadaan menangis.
Ku raih handphone diatas tempat
tidurku. Ada sms dari Mika.
Maaf sayang, aku ga bisa
datang ada sedikit urusan
from : my life (081805218xxx)
okelah kalo gitu.
Aku memilih untuk keluar menenangkan diri. Ku ambil kunci BMW kesayanganku,
hadiah ultah disaat umurku 17 tahun, 3 tahun yang lalu. Aku menuju ke tempat
hospotan langgananku.
Siapa orang itu?
Sepertinya aku kenal. Itu Mika! Tapi siapa wanita di dekatnya?
Tergesa-gesa aku
menuju meja mereka.
“kamu! Ngapain disini?! Tadi katanya
ada urusan! Urusan apa?? Urusan sama cewek lain maksudnya???” bentak ku ceplas
ceplos.
“Sarah, dengerin aku dulu , dengerin
penjelasanku” pintanya lembut sambil menarik lenganku. Aku duduk disampingnya.
Wanita itu hanya tertunduk, tak brani menatapku.
“ada yang mau aku jelasin ke kamu Sar. Setelah sekian lama aku sembunyikan dari kamu. Ini Nana, kita telah
bertunangan sekitar 4 bulan yang lalu. Kamu ingat, dia mantanku yang dulu
pernah aku ceritain ke kamu.” Tuturnya panjang lebar. Satu hal yang kurasa,
sakit, sangat sakit. Bahkan aku tak kuasa menahan tangisku.
“tt-teruus ak-ku giimana?” tanyaku
terbata-bata. Suaraku tak jelas karna bercampur dengan tangisku.
“Maaf Sar. Selama ini aku tidak
mencintai kamu. Aku menganggap kamu seperti adikku sendiri. Aku sudah berusaha
untuk mencintai kamu selama 2 tahun ini. Tapi maaf, aku gagal” jelasnya dengan
jujur. Seketika dunia hancur ketika aku mendengar penjelasannya itu.
Tak kuasa diam di tempat itu. Aku
bangkit dan berlari menuju mobilku dengan terburu-buru. Rasanya ingin segera
aku meninggalkan tempat terkutuk ini! Tak tau kemana aku pergi. Kata-kata Mika
tadi menghantuiku. Disaat aku merasa telah menemukan laki-laki yang tepat, yang
benar-benar mengerti bagaimana aku, mengapa harus seperti ini akhirnya?
Seandainya dari awal aku tau bahwa
jatuh cinta sama artinya dengan membunuh diriku secara perlahan. Lebih baik aku
tidak merasakan jatuh cinta.
oOo
“Sarah bantu bunda nyiram bunga
dong?” kata-kata bunda membuyarkan lamunanku tentang masa lalu.
“iya bunda, tunggu sebentar”
jawabku.
“cepet dong sayang, anak cewek itu
ga boleh males!”
Aku keluar dari
kamar. Ku hampiri bundaku tersayang itu dan menggelitiknya.
“iyaaa,, ah bunda cerewet deh” ejek
ku pada bunda.
Aku begitu
menyayangi bunda. Dia yang selalu memberi semangat padaku. Meyakinkan bahwa
cinta itu tak harus memiliki. Mengajarkanku bahwa kebahagiaan orang lain lebih
penting dari kebahagiaanku sendiri. Dan yang paling penting, dia mengajarkanku
untuk ikhlas merelakanMika untuk orang lain.
Ku siram bunga bunga yang ada
dihalaman ini. Gile banyaknya. Bunda ni suka banget sama bunga. Ayah juga rajin
beliin bunda bunga yang lucu-lucu.
Sambil denger
lagu dari headphone aku menyiram bunga, seperti biasa lagu yang ku putar
lagunya Bondan U’ll Sorry.
Telah ku berikan
semua
Kasih
dan cintaku
Namun
kau hempas aku
Pastikan
dirimu
Kau akan
sesali, you’ll be sorry!
“permisi
mbak” ucap seseorang.
“mbak”
“ah?
Iya. Ada apa mas?” kulepas headsetku.
“ini
mbak ada undangan” katanya sambil menyerahkan sebuah kertas undangan.
“oh iya.
Terimakasih mas”
Saat ku
baca nama itu. Nama yang tertera dalam undangan itu. Rasanya dunia ini
diguncang dengan hebatnya. Rasanya badan ini dingin membeku. Semua perasaan di
hati ini, cinta ini, semakin hancur.
Hidupku
semakin hancur saja rasanya. Bagaimana tidak, aku menerima undangan pernikahan
orang yang paling aku cintai selama ini. Rasanya ingin mati saja dari pada
hidup seperti ini. Meskipun dia telah bertunangan bersam wanita lain. Aku tetap
mencintainya. Tapi sekarang? Sanggupkah aku mempertahankan cinta pada seseorang
yang tak akan pernah bisa untuk aku miliki?
oOo
Gaun itu
indah sekali. Warnanya putih. Dia cantik menggunakan gaun itu. Tapi ada yang
membuat aku sakit. Harusnya aku yang mengenakan gaun itu. Harusnya aku! Aku
yang seharusnya tampil cantik di depan para undangan ini. Ya.. harusnya dia
memilih aku sebagai pendamping hidupnya.
Aku
sudah seperti orang gila saja. Tak tahan aku melihat orang-orang yang
menyelamati mereka. Aku ingin pergi. Berlari sekencang-kencangnya. Teriak
sekeras-kerasnya. Ingin ku katakan bahwa aku disini hampir mati.
Berlari
ku menuju mobilku. Ku kemudikan menjauh dari rumahnya. Tempat acara
berlangsung. Dengan mataku yang sembab oleh tangisku sendiri, aku pergi sejauh
mungkin yang aku bisa. GILA! Ya, itu tepatnya. Tak peduli bagaimana ramainya
jalan jalan ini. Aku menerobos keramaian dengan kecepatan tinggi. Handphoneku
berbunyi. Pasti teman-temanku yang hadir di pesta itu menyadari hilangnya aku
dari pesta itu. Kuraih handphoneku di dalam tas di kursi sebelah. Tetap dalam
kecepatan tinggi aku menyalip sebuah mobil di depanku. Sempat aku menekan
tombol hijau. Tanda bahwa aku mengangkat telpon itu. Sekilas terbaca nama yang
tertera di layar handphone itu. My life...
Saat
itulah aku lengah. Tak kulihat mobil kontainer tepat di depanku. Kuinjak rem
sekeras mungkin. Tapi apa daya, aku tak dapat menghindar lagi. Mungkin memang
sampai disini aku dapat mempertahankan cinta itu.. akuu cinta kamu Reka.
Berbahagialah...
Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttt.. BRAAAAAAKKKK!!!!
Putih.
Itu yang aku lihat.
oOo
praaaaang!!
Gelas yang dibawa Mika jatuh.
oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar